Pendanaan Buku 100 Tahun Gontor

JudulEstetika dan Etika Bahasa Arab dalam Pembelajaran Khat di Pondok Modern Darussalam Gontor
Nama HibahHibah Internal Penelitian
Nama ProgramProgram 100 Tahun Gontor
Nama SkemaPendanaan Buku 100 Tahun Gontor
AbstrakPondok Modern Darussalam Gontor merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki sistem khas dalam memadukan antara nilai keislaman, keilmuan, dan kesenian dalam proses pendidikan. Salah satu unsur penting dalam sistem pendidikan Gontor yang jarang diangkat dalam riset-riset akademik adalah pembelajaran khat (kaligrafi Arab), yang bukan sekadar diajarkan sebagai keterampilan seni, tetapi juga sebagai bagian integral dari pembentukan etika dan estetika santri, khususnya dalam konteks penguatan pembelajaran bahasa Arab. Dalam sistem Gontor, khat bukan sekadar pelajaran tambahan, melainkan bagian penting dari kurikulum yang berfungsi membentuk keindahan tulisan, kerapian berpikir, serta kedisiplinan dan ketekunan santri dalam berbahasa. Pembelajaran khat di Gontor diajarkan secara bertahap sejak jenjang awal Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI), sejalan dengan pelajaran bahasa Arab seperti imla’, tarakib, dan insya’. Uniknya, Gontor mengadopsi metode Hamidi, yakni sebuah manhaj pembelajaran khat yang berasal dari model kaligrafi Arab klasik, diadaptasi dengan sistematik dan diajarkan dengan pola talaqqi—guru menulis contoh, murid meniru, dan dilakukan koreksi langsung. Metode ini dinilai efektif dalam membentuk kepekaan estetis dan motorik santri terhadap struktur huruf dan bentuk kata, yang berimbas pada peningkatan maharatul kitabah mereka. Selain itu, metode ini juga membangun jiwa santri seperti kesabaran, ketelitian, dan rasa tanggung jawab dalam proses belajar, yang menjadikan khat sebagai sarana pendidikan karakter dan rohani, bukan hanya keterampilan teknis semata. Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana nilai estetika dan etika dalam pembelajaran khat di Gontor tidak hanya membentuk keterampilan menulis, tetapi juga membentuk kesadaran berbahasa Arab yang rapi, indah, dan bertanggung jawab. Estetika dipahami sebagai manifestasi keindahan dalam bentuk dan susunan huruf yang diajarkan secara ketat melalui manhaj tertentu, sedangkan etika muncul dalam bentuk adab belajar: kesopanan terhadap guru, kebersihan dalam menulis, niat yang lurus, serta penghormatan terhadap huruf-huruf al-Qur’an. Dalam konteks ini, pembelajaran khat menjadi sarana integrasi seni, bahasa, dan adab dalam satu kesatuan pendidikan yang khas ala Gontor. Tema besar dari penelitian ini adalah pembelajaran seni Islam sebagai media pendidikan karakter dan bahasa, sedangkan topik yang diturunkan mencakup: (1) kurikulum pembelajaran khat di Gontor, (2) hubungan antara pembelajaran khat dan keterampilan bahasa Arab, (3) nilai-nilai filosofis dan spiritual dalam pembelajaran khat, (4) adaptasi metode Hamidi sebagai manhaj utama dalam pengajaran khat, serta (5) kiprah alumni Gontor sebagai khattath (kaligrafer) di masyarakat. [Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki sistem khas dalam memadukan antara nilai keislaman, keilmuan, dan kesenian dalam proses pendidikan. Salah satu unsur penting dalam sistem pendidikan Gontor yang jarang diangkat dalam riset-riset akademik adalah pembelajaran khat (kaligrafi Arab), yang bukan sekadar diajarkan sebagai keterampilan seni, tetapi juga sebagai bagian integral dari pembentukan etika dan estetika santri, khususnya dalam konteks penguatan pembelajaran bahasa Arab. Dalam sistem Gontor, khat bukan sekadar pelajaran tambahan, melainkan bagian penting dari kurikulum yang berfungsi membentuk keindahan tulisan, kerapian berpikir, serta kedisiplinan dan ketekunan santri dalam berbahasa. Pembelajaran khat di Gontor diajarkan secara bertahap sejak jenjang awal Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI), sejalan dengan pelajaran bahasa Arab seperti imla’, tarakib, dan insya’. Uniknya, Gontor mengadopsi metode Hamidi, yakni sebuah manhaj pembelajaran khat yang berasal dari model kaligrafi Arab klasik, diadaptasi dengan sistematik dan diajarkan dengan pola talaqqi—guru menulis contoh, murid meniru, dan dilakukan koreksi langsung. Metode ini dinilai efektif dalam membentuk kepekaan estetis dan motorik santri terhadap struktur huruf dan bentuk kata, yang berimbas pada peningkatan maharatul kitabah mereka. Selain itu, metode ini juga membangun jiwa santri seperti kesabaran, ketelitian, dan rasa tanggung jawab dalam proses belajar, yang menjadikan khat sebagai sarana pendidikan karakter dan rohani, bukan hanya keterampilan teknis semata. Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana nilai estetika dan etika dalam pembelajaran khat di Gontor tidak hanya membentuk keterampilan menulis, tetapi juga membentuk kesadaran berbahasa Arab yang rapi, indah, dan bertanggung jawab. Estetika dipahami sebagai manifestasi keindahan dalam bentuk dan susunan huruf yang diajarkan secara ketat melalui manhaj tertentu, sedangkan etika muncul dalam bentuk adab belajar: kesopanan terhadap guru, kebersihan dalam menulis, niat yang lurus, serta penghormatan terhadap huruf-huruf al-Qur’an. Dalam konteks ini, pembelajaran khat menjadi sarana integrasi seni, bahasa, dan adab dalam satu kesatuan pendidikan yang khas ala Gontor. Tema besar dari penelitian ini adalah pembelajaran seni Islam sebagai media pendidikan karakter dan bahasa, sedangkan topik yang diturunkan mencakup: (1) kurikulum pembelajaran khat di Gontor, (2) hubungan antara pembelajaran khat dan keterampilan bahasa Arab, (3) nilai-nilai filosofis dan spiritual dalam pembelajaran khat, (4) adaptasi metode Hamidi sebagai manhaj utama dalam pengajaran khat, serta (5) kiprah alumni Gontor sebagai khattath (kaligrafer) di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode lapangan melalui observasi pembelajaran khat di kelas, wawancara dengan guru khat dan guru bahasa Arab, serta analisis dokumen kurikulum dan hasil karya santri. Penelitian ini juga mengkaji aspek visual (hasil tulisan), verbal (metode pengajaran), dan afektif (nilai-nilai yang ditanamkan). Gontor sebagai subjek penelitian dipilih karena sistemnya yang terpadu dan teruji, serta posisinya sebagai pelopor pendidikan Islam modern yang menjadikan bahasa Arab dan khat sebagai bagian dari strategi dakwah dan pembentukan karakter global santri. Keunikan Gontor terletak pada kemampuannya menjaga nilai-nilai klasik (turats) dalam pembelajaran khat sambil tetap relevan dalam dunia pendidikan kontemporer. Santri tidak hanya diajarkan cara memegang pena atau meraut pena bambu, tetapi juga diajarkan adab saat menulis huruf Allah, memulai menulis dengan basmalah, menjaga wudhu saat menulis ayat al-Qur’an, serta merapikan meja tulis sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu. Ini menunjukkan bahwa khat tidak hanya diajarkan sebagai seni visual, tetapi sebagai manifestasi etika Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh, para alumni Gontor yang mendalami khat juga terbukti aktif dalam kiprah sosial keislaman, baik sebagai pengajar khat di pesantren, pegiat seni kaligrafi, pemenang lomba kaligrafi tingkat nasional dan internasional hingga konten kreator dalam dunia media sosial. Mereka tidak hanya mewarisi keterampilan menulis huruf indah, tetapi juga membawa pesan keindahan Islam yang damai melalui seni. Ini menegaskan bahwa pembelajaran khat yang diajarkan di Gontor, terlebih metode sanad Hamidi, memiliki dampak jangka panjang, baik dalam membentuk pribadi santri maupun dalam menyampaikan pesan Islam yang estetis dan etis kepada masyarakat. Dengan pendekatan ini, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan model pembelajaran seni dan bahasa dalam pendidikan Islam modern. Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk buku referensi, artikel ilmiah, dan naskah akademik yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan Islam, pesantren, maupun praktisi pendidikan seni dan bahasa Arab.
Pengusul Riza Nurlaila, M.Pd.
Anggota 1 Ifa Rodifah Nur, S.Pd.I., M.Pd.
Anggota 2 Nindhya Ayomi Delahara, S.Ag., M.Pd.
Tahun Penelitian2025
Sumber DanaUNIDA GONTOR
Dana Non DiktiIDR 0,00