Penelitian Dasar

JudulKonsep Insan Kamil Perspektif Al-Jili dan Relevansinya dengan Krisis Spiritual Manusia Modern
Nama HibahHibah Internal Penelitian
Nama ProgramPenelitian Kompetitif
Nama SkemaPenelitian Dasar
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menganalisa mengenai manusia modern yang mengalami multi dimensional krisis sebagai dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut dikarenakan menusia modern telah menafikan dimensi spiritual dan cenderung kepada pola hidup yang materalistik, skolaristik dan rasionalistik. sehingga pola hidup tersebut mengakibatkan manusia mengalami krisis makna hidup, kekosongan spiritual dan pengikisan agama dalam hidupnya. Krisis ini merupakan fakta sosial yang membutuhkan solusi mendesak dan bersifat urgent. Jika terjadi proses pembiaran, maka krisis tersebut akan semakin parah dan menggangu stabilitas kehidupan manusia secara global. Peneliti menggunakan gagasan Aljili mengenai teori Insan kamil sebagai upaya untuk mengatasi krisis spiritual manusia modern. Serta mampu memberikan sumbangan dalam pengembangan tasawwuf untuk menjadi solusi pada beberapa krisis yang dialami manusia modern. penelitian ini termasuk pada penelitian Tasawwuf, dalam kajian ini bertujuan untuk lebih focus dan mendalam menganalisa krisis spiritual yang dialami manusia modern saat ini. Serta mengetahui dan memahami sebagaimana konsep Insan Kamil perspektif Al-Jili ini berperan dalam mengatasi krisis spiritual manusia modern. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-analisis. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana konsep Insan Kamil menurut Al-JIli, dan metode analisis untuk menganalisa bagaimana manusia modern mengalami krisis spiritual, dan apakah konsep Insan Kamil ini dapan berperan dalam mengatasi krisis spiritual kontemporer. Adapun luaran yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah publikasi pada Jurnal International (Journal of Muslim Mental Health) yang diterbitkan oleh Michigan Publishing, Jurnal International yang bereputasi (terindeks scopus) ISSN (Print): 1556-5009 atau (Journal of Spiritual Formation and Soul Care) ISSN: 1939-7909, E-ISSN: 2328-1030. Adapun luaran tambahan yang akan dipublikasikan oleh Jurnal International (The International Journal of Religion and Spiritual in Society) ISSN (Print): 2154-8633, E-ISSN: 2154-8641. Kata kunci: Insan Kamil, Al- Jili,, Krisis Spiritual, Manusia Modern LATAR BELAKANG Pengertian konsep Insan Kamil secara utuh harus dilihat dari segi hubungannya dengan Allah, Manusia dan Alam. Insan Kamil jika dihadapkan dengan penciptanya berarti berkaitan dengan fungsinya sebagai washitah (perantara) antara Tuhan dan Makhluk, juga sebagai cermin bagi Tuhan, dimana Tuhan melihat-Nya melalui Insan Kamil. Sedangkan di hadapan makhluk, Insan Kamil mempunyai tugas kemanusiaan yang bersifat horizontal dan erat kaitannya sebagai khlaifah Tuhan di bumi, wakil Tuhan untuk menata kehidupan makhluk hidup dunia. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan dan alam sangat erat. Sehingga satu kesatuan ini tidak dapat dipisahkan. Adapun fungsi kedudukan Insan Kamil itu sebagai asas, penyebab, dan pelestarialam semesta. Insan Kamil dalam kedudukan insidentalnya sebagai khalifah Zhahiriyah, merupakan pelestari alam semesta dari segi lahir, yang mewujudkannya dalam lapangan social, politik, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya. Akan tetapi hal demikian bukan merupakan kedudukannya yang utama, kedudukan yang permanen ialah sebagai khalifah ma’nawiyyah, yakni sebagai wakil Tuhan. Kedudukan demikan terkait erat dengan prinsip kosmik yang melandasi eksistensi jagat raya. Namun faktanya, yang terjadi saat ini manusia Barat yang tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Islam telah terombang-ambing oleh dua kekuatan; di satu pihak kekuatan tradisi Islam dan pihak lain kekuatan sekularisme dan modernisasi. Hal ini yang mengakibatkan manusia terjebak pada krisis makna hidup, kehampaan spiritual dan pengikisan agama dalam kehidupan manusia. Problem ini muncul yang diawali oleh sikap agresif terhadap kemajuan . Kemajuan tersebut didorong oleh berbagai prestasi yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, yang juga dipengaruhi oleh masyarakat modern yang berusaha mematahkan mitos kesakralan alam raya. Semua harus tunduk atau berusaha ditundukkan oleh kejayaan iptek yang berporos pada rasionalitas. Realitas alam raya yang oleh doktrin-doktrin agama selalu dikaitkan dengan selubung metafisika dan kebesaran Sang Pencipta, kini hanya dipahami semata-mata sebagai benda otonom yang tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Dengan demikian, manusia modern dapat dimaknai sebagai salah satu jenis dan bentuk manusia yang kehilangan visi keilahian dan mengalami kekosongan spiritual, karena ia tidak menyadari kedudukannya sebagai jembatan langit dan bumi. Manusia modern adalah manusia yang menderita penyakit amnesia, pelupa,karena pemberontakannya terhadap realitas surgawi. Akibatnya ia jatuh ke dalam jurang kekosongan atau kehampaan spiritual sehingga melakukan sesuatu terhadap alam tanpa bisa menyadari bahwa polusi lingkungan hidup adalah akibat polusi jiwa. Manusia modern mencoba hidup dengan roti semata, ”membunuh Tuhan” dan menyatakan independensinya dari kehidupan akhirat. Menyadari kondisi modernisasi yang melanda masyarakat modern saat ini, ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat spiritual. Tidak heran jika masyarakat Barat kembali kepada dunia spiritual yang ditandai dengan semakin merebaknya gerakan fundamentalisme agama dan kerohanian. Maka dari itu peneliti menyajikan konsep Insan Kamil untuk dijadikan solusi yang untuk mengatasinya. Karena konsep tersebut termasuk dari ajaran spiritual Islam yang dianggap mempunyai signifykansi yang kuat bagi masyarakat Barat modern, karena mereka mulai merasakan kekeringan batin dan kini upaya pemenuhannya kian mendesak. Sehingga Konsep Insan kamil penting untuk dikaji karena kebutuhan manusia terhadap agama adalah suatu hal yang bersifat alamiah. Bagaimanapun perkembangan manusia, ia akan senantiasa membutuhkan ajaran-ajaran yang bersifat transendental. Karena, kebutuhan mengenal Tuhan merupakan sifat kebutuhan fitrah manusia. Melihat kecenderungan ini, dengan tawaran-tawaran di atas, kita berharap Islam mampu memainkan peranannya kepada pencari-pencari agama di Barat.
Pengusul Winda Roini, M.Ag.
Anggota 1Assoc. Prof. Dr. Nur Hadi Ihsan, MIRKH.
Anggota 2 Abdullah Muslich Rizal Maulana, S.Fil.I., M.A.
Tahun Penelitian2022
Sumber DanaUNIDA GONTOR
Dana Non DiktiIDR 25.000.000,00